Hipomania Bisa Saja Menandakan Gejala Gangguan Bipolar

Hipomania diartikan sebagai kondisi peningkatan energi yang ekstrem dan tidak normal.

Kondisi itu mencakup perubahan suasana hati atau emosi, perilaku, dan aktivitas fisik.

Meski biasanya menjadi bagian dari gejala gangguan bipolar, hipomania juga bisa menjadi gejala gangguan mental dan kondisi kesehatan lainnya.

Mengutip Simply Psychology, gejala hipomania memiliki tingkat aktivitas atau energi yang tinggi, merasa sangat senang, kurang tidur.

Adapun kecenderungan berbicara terlalu cepat, sehingga sulit bagi orang lain untuk mengikuti apa yang dikatakan.

Kondisi ini juga menyebabkan kondisi mudah terganggu hal-hal yang tidak penting dan gerakan tanpa tujuan seperti mondar-mandir atau gelisah saat duduk, bahkan merasa terlalu percaya diri Merujuk Verywell Mind, meski biasanya hipomania bagian dari gejala bipolar, keadaan ini juga bisa terjadi karena beberapa penyebab lain.

1.

Penyalahgunaan zat.

Hipomania dan depresi dialami 11 persen orang dengan gangguan penggunaan zat.

2.

Perubahan pola tidur dan insomnia dikaitkan dengan pengalaman hipomania beberapa individu, terutama jika ritme sirkadian terganggu secara konsisten.

3.

Depresi muncul bersamaan dengan hipomania.

4.

Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan, hipomania diturunkan secara genetik dengan risiko lebih besar pria 59 persen dan wanita 29 persen.

5.

Penelitian terhadap 99 siswa menunjukkan, tingkat stres yang lebih tinggi bisa mempengaruhi perkembangan perilaku hipomania Merujuk Cleveland Clinic, ihwal diagnosis hipomania, spesialis kesehatan mental American Psychiatric Association’s mengikuti kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders atau DSM-5.

1.

Mengalami peningkatan ekspresi emosi yang abnormal dan lama.

Itu dibarengi peningkatan energi dan intensitas aktivitas yang setidaknya berlangsung selama empat hari berturut-turut.

Muncul hampir setiap hari.

2.

Memiliki tiga atau lebih gejala hipomania yang mencolok.

3.

Riwayat hipomania tidak terlalu mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, sekolah, dan kesehatan fisik.

4.

Riwayat hipomania tidak disebabkan efek suatu zat, misalnya pengobatan atau penyalahgunaan obat atau kondisi medis lainnya.

Mengutip Simply Psychology, sesi psikoterapi bisa membantu mengenali gejala dan pemicu hipomania.

Strategi koping yang membantu atau mengurangi efek hipomania.

Jenis psikoterapi yang populer meliputi: Terapi ritme interpersonal dan sosial (IPSRT), psikoedukasi, terapi perilaku kognitif (CBT), terapi fokus keluarga, dan terapi perilaku dialektik (DBT).

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *